Monday, July 18, 2011

Melek tuk Belajar

Duduk termangu di bawah cahaya sinar

Terpaku pada setumpuk kertas bertulis

Cahaya tertangkap mulai menyempit

Tak terasa kelopak mata terpejam sudah

Setetes air memetakan pulau di buku

Tersadar, lalu diusapnya air yang masih tersisa

Cahaya menerang, lalu redup seketika

Terang redup silih berganti

Gerbang cahaya dibuka lebar dengan siraman wudhu

Kantuk tertepis seteguk kopi

Semangat di dada membara selalu

Otak terpusat menggapai ilmu

Walau tak sehebat Imam Syafi’i

Yang slalu terjaga hingga datang pagi

Inginku tetap meraih mmpi

Memburu ilmu hingga nafas terhenti

Garuda Bertanya

Di dadaku selempeng perisai terbentang

Bagus saja tuk dipandang

Di khayangan ku slalu memandang

Sejauh apa negriku berkembang

Di dadaku Pancasila berada

Perisai terbagi lima

Perwujudan cita bangsa

Bumi Pertiwi Indonesia

Di dadaku bintang bersinar

Namun kini meredup

Tidakkah Tuhan menegur

Samudra marah, gunung pun muntah

Di dadaku rantai terkengkang

Namun kini berkarat

Manusia terbuai syahwat

Bagaikan binatang telanjang

Di dadaku Pohon Beringin tumbuh subur

Namun kini tak lagi menjulur

Rasa kasih lenyap di dada

Bentrok sesama dimanapun berada

Di dadaku, Banteng bertanduk tinggi menjulang

Namun kini tandukpun patah

Sang Pimpinan mengaku berpetualang

Dikala anak buah bersusah payah

Di dadaku padi & kapas tumbuh menjuntai

Namun kini layu tanda kematian

Jiwa manusiawi sudah habis terbantai

Si Kaya kenyang Si Miskin belum makan