Sekilas cerita setelah makan siang bersama dua orang guru di kantin sekolah, Pak Taufik, Pak Restu dan saya sendiri—duduk santai sambil menikmati kerupuk di toples. “Bagaimana pengalaman bapak-bapak guru menggunakan teknologi di kelas?” tanya Pak Taufik sambil merapikan rambutnya. Pak Restu tersenyum, “Alhamdulillah, lumayan lancar. Tadi saya pakai video interaktif waktu mengajar Bahasa Inggris. Anak-anak jadi lebih antusias karena mereka bisa langsung lihat rekonstruksi percakapan secara langsung.” Pak Taufik menimpali, “Kalau di kelas saya, pakai aplikasi kuis online. Kompetitif banget mereka, jadi lebih semangat jawab pertanyaan. Cuma, masalahnya tadi ada beberapa yang sinyalnya lemot.”
Saya mengangguk, seolah mengerti kendala yang dihadapi. “Iya, ya. Teknologi memang bagus, tapi nggak selalu mulus di lapangan. Saya juga sempat pakai simulasi Fisika, tapi ada yang kesulitan karena nggak familiar sama aplikasinya,”. Pak Restu menambahkan, “Tantangannya juga soal menjaga fokus siswa, kadang mereka asyik sendiri main gadget di luar materi.” Pak Taufik tersenyum, “Makanya, kita perlu cari cara biar teknologi itu nggak cuma bikin seru, tapi benar-benar efektif buat belajar.” Kami bertiga pun sepakat bahwa penggunaan teknologi harus diimbangi dengan strategi pengajaran yang tepat dan pembinaan kedisiplinan siswa agar manfaatnya bisa maksimal.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar